kutanya engkau dulu itu
kau pilih pagi atau senja?
kaubilang pagi
aku tanya mengapa
kaubilang karena di tanah kita, pagi berkabut
dan pagi pula engkau hilang
bagai ditelan kabut
saat embun jatuh berdegup
aku dikungkung takut
kuterus menunggu di pintu
tiga, dua, satu
hari terus saja baru
sementara,
mengeras kenangan jadi batu